LOMBOK TIMUR – Menghadapi musim hujan yang mulai berlangsung, Dinas Kesehatan Lombok Timur (Lotim) mempersiapkan langkah-langkah antisipasi untuk menghadapi potensi meningkatnya kasus penyakit menular, khususnya Demam Berdarah Dengue (DBD). Upaya ini diintensifkan karena musim hujan sering kali menjadi momen meningkatnya penyebaran penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
![]() |
Budiman Satriadi |
Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit, dan Kesehatan Lingkungan (P3KL) Lombok Timur, Budiman Satriadi, menyebutkan bahwa DBD menjadi salah satu penyakit yang terus dipantau terutama pada musim hujan. "Pada bulan November ini kita sudah melihat musim hujan dimulai. Oleh karena itu, kita perlu mengantisipasi kemungkinan meningkatnya penyakit seperti diare, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), dan DBD," ujarnya.
Menurut data Dinas Kesehatan, dalam tiga bulan terakhir, kasus DBD di Lombok Timur tercatat relatif stabil dengan rincian 29 kasus pada Agustus, 29 kasus pada September, dan 30 kasus pada Oktober. "Kami masih dapat mengendalikan jumlah kasus tersebut. Namun, dengan datangnya musim hujan, kami berharap tidak terjadi peningkatan yang signifikan," tambah Budiman.
Musim hujan diketahui menjadi faktor risiko utama dalam penyebaran DBD. Genangan air yang terbentuk di berbagai tempat, seperti wadah air yang terbuka dan selokan yang tersumbat, menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti. Karena itu, pihaknya terus mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan melakukan langkah-langkah pencegahan, salah satunya dengan menerapkan gerakan Menguras, Menutup, dan Mendaur ulang tempat (3M plus) yang dapat menampung airserta langkah tambahan seperti penggunaan kelambu dan abate.
" Kita juga telah memetakan wilayah rawan DBD yang membutuhkan perhatian khusus. Kecamatan Sakra, Terara, dan Masbagik menjadi tiga wilayah dengan risiko tinggi, diikuti oleh wilayah Selong. Wilayah-wilayah ini memiliki risiko tinggi karena faktor lingkungan, seperti sanitasi yang buruk dan kondisi rumah yang mendukung perkembangan nyamuk," jelas Budiman.
Meski demikian, hingga saat ini belum ditemukan adanya kasus kematian akibat DBD di Lombok Timur sepanjang tahun 2024. "Hal ini menunjukkan upaya pengendalian dan kesadaran masyarakat cukup baik, namun tetap perlu ditingkatkan untuk menghadapi potensi lonjakan kasus selama musim hujan," katanya.
Selain sosialisasi dan edukasi, Dinas Kesehatan juga menggencarkan program fogging (pengasapan) di wilayah rawan sebagai upaya memutus rantai penyebaran nyamuk. Namun, Budiman mengingatkan bahwa fogging hanya menjadi langkah sementara. "Pengendalian utama tetap pada upaya pemberantasan sarang nyamuk oleh masyarakat sendiri," katanya.
Dikes juga bekerja sama dengan puskesmas setempat untuk memantau perkembangan kasus di wilayah masing-masing.Budiman menegaskan pentingnya peran aktif masyarakat dalam pencegahan DBD. Lebih lanjut disampaikan, DBD bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat.
" Kami harap semua pihak bisa bahu-membahu menjaga lingkungan agar tetap bersih dan bebas dari potensi sarang nyamuk.Dengan langkah-langkah antisipasi yang telah disiapkan, diharapkan penyebaran DBD di Lombok Timur dapat diminimalkan, sehingga kesehatan masyarakat tetap terjaga di musim penghujan ini " tutupnya. (glk)
Post a Comment